Senin, 20 Juni 2011

PERAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

PERAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari semua yang ada di dunia ini. Filsafat mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga banyak sekali yang dapat kita pelajari di dalam filsafat. Ketika kita melakukan aktifitas sehari-hari, kita tak luput dari belajar tentang filsafat. Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari atutan-aturan atau norma dalam kehidupan. Mempelajari filsafat adalah belajar tentang hidup, bagaimana hidup kita bisa berguna untuk diri sendiri dan juga orang lain.

Di perguruan tinggi filsafat menjadi salah satu maka kuliah yang dipelajari. Filsafat di perguruan tinggi berbeda dengan filsafat dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat yang dibahas di sini PT bersifat lebih khusus. Misalnya dalam pendidikan matematika, filsafatnya adalah filsafat pendidikan matematika. Dalam pendidikan matematika, belajar filsafat adalah belajar pikiran para filsuf. Dengan kita mempelajari pikiran para filsuf, kita akan memahami tentang filsafat itu. Selain itu berfilsafat adalah berpikir dalam koridor spiritual, etik dan estetika. Setinggi-tinggi orang berfilsafat adalah sopan santun terhadap ruang dan waktu. Dalam filsafat yang kita pelajari mencakup yang ada dan yang mungkin ada.

Filsafat yang dipelajari di perguruan tinggi akan membantu guru untuk dapat menerapkan filsafat dalam pembelajaran di sekolah. Menurut Ebbutt dan Straker (1995), hakekat matematika sekolah mencakup 4 hal yaitu: a). Kegiatan penulusuran pola/hubungan; b). Kegiatan problem solving; c). Kegiatan investigasi; dan terakhir d). Kegiatan komunikasi. Penerapan hakekat matematika sekolah tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.

Dengan hakekat matematika sekolah tersebut diharapkan siswa akan dapat membangun matematikanya sendiri. Siswa dituntut untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga guru hanya berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sedangkan siswa mengkonstruksikan matematikanya sendiri.

Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu, maka penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah menjadi salah satu hal yang menarik perhatian. Mengapa demikian? Karena biasanya filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada zaman sekarang filsafat juga ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap dalam pembelajaran, namun filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran di sekolah. Filsafat adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap pembelajaran siswa melakukan kegiatan filsafat.

Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi guru dan juga siswa. Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat, maka guru akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat adalah berpikir, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.

Bagi siswa, filsafat memberikan pengetahuan yang baru. Mungkin sebelum-sebelumnya mereka belum pernah mendengar dan mengetahui tentang filsafat dan pada kesempatan ini siswa belajar tentang filsafat. Dengan belajar filsafat, siswa menjadi pribadi yang mandiri. Siswa belajar untuk mengkonstruksikan matematikanya sendiri dengan bantuan guru. Dengan demikian pemahaman siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama, tergantung dari kemampuan mereka masing-masing.

Rabu, 25 Mei 2011

TES JAWAB SINGKAT FILSAFAT

TES JAWAB SINGKAT FILSAFAT

Filfasat merupakan ilmu yang mencakup aturan-aturan atau norma dalam kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat kita belajar banyak hal yang ada di dunia ini yang meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Dari yang ada dan yang mungkin ada tersebut, kita membangun dunia salah satunya dunia dalam pikiran. Dunia dalam pikiran membawa kita untuk berpikir kritis, relatif dan inovatif. Berpikir merupakan karakteristik dalam filsafat yang meliputi berpikir intensif (dalam sedalam-dalamnya) dan berpikir ekstensif (luas seluas-luasnya). Pencapaian yang tertinggi dalam filsafat adalah refleksi diri. Ini dilakukan agar terhindar dari kesombongan kita dalam berfilsafat dan memotivasi kita untuk terus berfilsafat.

Salah satu bentuk refleksi diri yang bisa dilakukan adalah dengan merefleksikan jawaban-jawaban dari pertanyaan filsafat. Pada perkuliahan filsafat minggu kemarin, saya mengikuti tes jawab singkat yang rutin dilakukan pada perkuliahan filsafat ini. Hasil yang saya peroleh dari tes tersebut belumlah memuaskan. Oleh karena itu saya ingin merefleksikan apa yang saya ketahui dari tes jawab singkat tersebut.

Yang pertama yaitu tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat diperlukan pada pembelajaran di sekolah-sekolah. Dengan pendidikan karakter, maka guru akan lebih mengetahui tentang karakteristik dari peserta didiknya. Setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga guru dituntut harus memahami karakter dari masing-masing siswanya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien. Pendidikan karakter juga memberikan dampak yang positif bagi perkembangna pendidikan di Indonesia. Seseorang yang mempunyai karakter baik akan bermanfaat bagi pribadinya untuk kehidupan yang akan datang. Bagi negara, ia akan menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang bagus sehingga ia dapat memajukan bangsanya di mata dunia. Pendidikan karakter dalam matematika mempunyai aspek pemahaman tentang hakikat matematika, hakekat matematika sekolah, hakekat pendidikan matematika, hakekat nilai matematika, hakekat belajar matematika, hakekat proses belajar mengajar matematika dan hakekat pembudayaan matematika sekolah.

Aspek dalam pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Aspek material berhubungan dengan hakekatnya adalah materi, sebagai contoh benda-benda konkret, gambar atau model bangun ruang, lambang, dll. Sedangkan dalam obyek formal yang terpenting adalah nilai dari suatu bilangan itu. Secara normatif, maka bilangan brmakna intensif dan ekstensif. Inilah kaitan normatif dengan pendidikan karakter. Terakhir yaitu spiritual yang berhubungan dengan hati. Jika bilangan ada di dalam hati kita, maka kita berada pada dimensi spiritual dari pendidikan karakter ini.

Dalam forum tanya jawab tema hantu dan kematian di kelas RSBI, Casablanca adalah hantu di kelas RSBI tersebut. Mereka memilih tema hantu untuk ruangan kelasnya, karena merasa sudah bosan dengan hal-hal yang demikian. Mereka ingin suasana yang berbada agar proses belajar mengajarnya lebih intensif. Mungkin mereka mempunyai alasan tersendiri mengapa memilih tema hantu dalam kelasnya. Menurut sebagian orang, tema hantu memberikan kesan yang mengerikan, namun lain halnya dengan kelas RSBI tersebut.

Pengembaraan filsafat dapat dilakukan dengan perjalanan imajiner. Perjalanan filsafat imajiner ada kapanpun dan dimanapun kecuali kita sedang tidur. Jadi setiap kegiatan yang kita lakukan dapat dikatakan sebagai perjalanan imajiner. Kata imajiner mirip dengan imajinasi. Imajinasi merupakan khayalan atau dapat dikatakan sebagai angan-angan. Perjalanan filsafat imajiner menggambarkan tentang sesuatu yang ada dalam angan-angan. ia berada dalam pikiran yang diwujudkan dalam berpikir intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya).

Ruang lingkup dalam filsafat adalah ruang dan waktu. Ruang menggambarkan tempat dimana kita berpikir kritis, berpikir intensif dan ekstensif, menterjemahkan dan diterjemahkan dalam dunia filsafat. Contohnya, bangun datar dan bangun ruang (misal: kubus, limas, dll). Sedangkan waktu berkaitan dengan kapan kita berpikir dalam rentang waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang.

Pada forum tanya jawab menemukan bahwa filsafat adalah diriku, dapat saya jabarkan bahwa filsafat merupakan sebuah pola pikir atau olah pikir. Sedangkan berfilsafat adalah berpikir dalam koridor spiritual, etik dan estetika. Dari kedua ilustrasi di atas, semuanya bersumber dari pikiran. apa yang aku pikirkan itulah duniaku, yaitu dunia filsafatku. maka filsafatku tidak lain adalah diriku sendiri.

Menemukan dunia adalah bahasa terdapat dalam forum tanya jawab filsafat. Bahasa sebagai alat penghubung dalam komunikasi. Bahasa sangatlah penting dalam kehidupaan sehari-hari. Dalam filsafat, bahasa yang digunakan adalah bahasa analog. Bahasa analog digunakan karena apa yang ada dalam filsafat biasanya dianalogkan dengan suatu hal. Unsur dasar pembentuk bahasa adalah subyek dan predikat. Subyek dapat diartikan sebagai pelaku dan predikat berarti menerangkan tentang subyek tersebut.

Selain dunia adalah bahasa, dunia tidak lain tidak bukan adalah pikiranku sendiri. Inilah yang dikatakan dalam forum tanya jawab. Menurut Immanuel Kant, jika kita ingin melihat dunia, maka tengoklah ke dalam pikiranku. Bersumber dari pemikiran Kant, maka dapat disimpulkan bahwa dunia adalah pikiranku. Yang ada dan yang mungkin ada merupakan obyek dalam filsafat yang keduanya berawal dari sebuah pemikiran. Dengan berpikir intensif dan ekstensif, kita dapat melihat dunia, kita juga dapat membangun dunia kita dalam filsafat. Apa yang kita pikirkan, itulah dunia kita. Pikiran menghubungkan antara ada dan tidak ada.

Dalam filsafat untuk mendefinisikan apa itu filsafat tidaklah mudah. Apa itu filsafat?!! Ternyata diriku tidak mampu untuk menjawabnya, sebab cakupan dalam filsafat sangatlah luas yang meliputi yang ada dan yang mungkin ada. selain itu relatif terhadap ruang dan waktu. ilmu yang ku punya belumlah bisa untuk menjelaskan ilmuku, kata-kataku belumlah mampu untuk menjelaskan isi hatiku. Ini merupakan bukti bahwa ternyata pada akhirnya diriku tak mampu untuk mendefinisikan apa itu filsafat. Dan tak mampu mendefinisikan filsafat terjadi bila kita berpikir kritis.

Berfilsafat adalah belajar pikiran para filsuf. Dengan belajar dari pikiran para filsuf, kita akan lebih memahami filsafat yang ada. Kita tak mampu untuk mengetahui semua yang ada dalam filsafat, begitu juga dengan filsuf. Filsuf yang tidak mampu mengetahui apapun adalah Socrates.

Cita-cita orang berfilsafat adalah membangun dunia dan berpedoman pada unsur dasar ontologi, epistimologi dan aksiologi. Untuk membangun dunia dibutuhkan pikiran yang kritis dan kreatif yaitu aku ditambah aku atau bukan aku. Atau dengan kata lain separuh dunia ditambah separuh dunia yang lain.

Dalam forum tanya jawab, dikatakan bahwa orang yang paling seksi adalah Obama. Mengapa demikian? Karena Obama merupakan orang terpenting dalam pemerintahan di negara adi daya Amerika Serikat.

Rabu, 11 Mei 2011

JAWABAN DARI PERTANYAAN DALAM FILSAFAT

JAWABAN DARI PERTANYAAN DALAM FILSAFAT

Filsafat dapat dipandang sabagai konsep dasar tentang kehidupan. Konsep tersebut terangkum dalam tiga pilar filsafat yang meliputi: a) ontologi; b) epistimologi; c) aksiologi. Sedangkan aspek yang terkandung dalam filsafat antara lain untuk menjawab tentang mengapa, apa, bagaimana dan untuk apa. Filsafat merupakan batasan antara pikiran dan hati, dapat juga dikatakan bahwa filsafat merupakan batasan antara pengetahuan dan spiritual. Pikiran dapat berupa pengetahuan dan hati bersifat spiritual. Berfilsafat adalah berpikir dalam koridor spiritual, etik dan estetika. Jadi dalam filsafat melibatkan dua hal yang penting yaitu berhubungan dengan pikiran dan hati. Berpikir dalam filsafat haruslah berpikir secara intensif dan ekstensif. Berpikir intensif adalah berpikir sedalam-dalamnya dan berpikir ekstensif adalah berpikir seluas-luasnya.

Ilmu merupakan pengetahuan yang akan menambah wawasan kita di dunia ini. Ilmu tidak terbatas jumlahnya dan tidak pernah akan habis. Kapanpun, dimananpun, siapapun dapat mencari ilmu sampai ke negeri Cina sekalipun. Filsafat juga termasuk sebuah ilmu tentang hakekat sesuatu. Untuk memahami ilmu melalui pendekatan filsafat, maka dibutuhkan tiga pilar penting dalam filsafat yang telah disebutkan di atas yang meliputi ontologi, epistimologi dan aksiologi. Hubungan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Ontologi dan ontologi itu sendiri

Yaitu hakekat dari hakekat, intinya adalah untuk mengetahui hakekat. Pada kenyataannya hakekat tidaklah mudah untuk dipahami. Untuk menjelaskan tentang hakekat tidak cukup hanya sekadar kata-kata saja. Dengan demikian, hanya Tuhan yang mengetahui hakekat dari hakekat itu.

2. Ontologi dan epistimologi

Yaitu hakekat dari epistimologi, epistimologi sama dengan metode, maka dapat dinyatakan sebagai hakekat dari metode, metode untuk menggapai suatu hakekat. Dalam epistimolgi menjelaskan tentang benar dan salah. Pada buku yang menceritakan tentang kebenaran metode, tercermin mengenai usaha untuk menangkap hakekat metode dengan mengetahui kebenaran dari metode itu.

3. Ontologi dan aksiologi

Yaitu tentang hakekat baik dan buruk. Pemahaman orang tentang sesuatu yang baik dan buruk itu berbeda-beda. Baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain, begitu pula sebaliknya buruk menurut kita belum tentu buruk menuru orang lain. Jadi hakekat baik buruk itu relatif, tergantung penilaian masing-masing orang.

4. Epistimologi dan ontologi

Yaitu metode untuk menggapai hakekat. Jika berkaitan dengan olah pikir, maka metode untuk menggapai hakekatnya adalah dengan filsafat, sedangkan jika berkaitan dengan hati, maka metodenya dengan tarekat yang bersifat spiritual.

5. Epistimologi dan epistimologi

Yaitu kebenaran suatu metode, sebab kebenaran merupakan bagian dari epistimologi begitu juga dengan metode. Untuk mengetahui kebenaran metode, sebelumnya kita harus mengetahui tentang hakekat dari epistimologi itu sendiri.

6. Epistimologi dan aksiologi

Yaitu metode untuk mengungkap baik dan buruk. Metode yang bisa digunakan dalam dalam mengungkap baik dan buruk itu bermacam-macam. Cara seseorang untuk mengungkap sesuatu belum tentu sama dengan cara yang digunakan oleh orang lain. Oleh karena itu, metode untuk mengungkap kebaikan dan keburukan tergantung dari orang yang melihatnya.

7. Aksiologi dan ontologi

Yaitu baik buruknya suatu hakekat, selain itu menjelaskan tentang tata etik dan estetikanya yang berkaitan dengan hakekat.

8. Aksiologi dan epistimologi

Yaitu tata cara dalam beretika, dengan kata lain metode dalam etik dan estetika. Dalam kehidupan sehari-hari tata cara beretika sangatlah penting, terutama dalam adat Jawa. Anak dididik untuk sopan santun terhadap orang yang lebih tua, inilah contoh penerapannya.

9. Aksiologi dan aksiologi

Yaitu baik buruknya tetang baik buruk. Misalnya untuk menyampaikan kebaikan maka harus dilakukan dengan cara yang baik juga, seperti dalam ritual Jawa pada resepsi pernikahan. Dalam sebuah resepsi Jawa biasanya menggunakan adat istiadat yang secara turun temurun dilakukan. Hal ini dipercaya akan membawa berkah dalam kehidupan pernikahan.

Setelah kita memahami tentang pendekatan dalam filsafat, selanjutnya mengenai batas pikiran kita. Dari mulai tang terendah sampai yang tertinggi, dimensi manusia meliputi: material (tindakan) → formal (tulisan) → normatif (pikiran) → spiritual (doa). Dan batas pikiranku adalah hatiku, sebab tidaklah semua yang ada dalam pikiranku mampu menjawab doaku.

Dalam filsafat kita sering mendengar kata “mitos”. Mitos mempunyai banyak arti yaitu dalam arti sempit, luas, dalam dan dangkal. Ada juga mitos yang bersifat primitif, contohnya yang masih percaya dengan yang berbau mistik. Mitos mencakup tentang hakekat mitos, baik buruknya mitos, tata car mengungkap mitos,dsb. Belum tentu mitos itu tidak baik, contohnya apa yang diketahui anak sebetulnya itu adalah mitos, dan mitos itu baik dalam art yang demikian.

Filsafat mempelajari tentang dunia, dunia yang dapat dirangkum dalam satu kata yaitu “kritis”. Filsafat kritis dikemukakan oleh Immanuel Kant. Dalam berfilsafat kita harus melakukan refleksi diri, dengan membaca dan terus membaca dengan kritis salah satunya dengan membaca elegi. Dan dalam elegi untuk mengaitkan antara tesis, antitesis dan sintesis adalah dari hidup kita masing-masing dan selanjutnya mengaitkan dengan komponen dalam kehidupan kita.

Filsafat juga berkaitan dengan bahasa. Dapat dikatakan bahwa bahasa tidak lain tidak bukan adalah rumahku, pikiranku. Dalam filsafat bahas adigunakan untuk menjelaskan sesuatu agar kita lebih mudah memahaminya. Dari zaman dahulu orang telah menggunakan bahasa sebagai alat penghubung, sebagai alat untuk menjelaskan. Sepanjang zaman orang berfilsafat menggunakan bahasa, sampai-sampai ada tokoh bahasa yang menjelaskan tentang struktur bahasa. Bahasa dalam filsafat Jawa berupa sastra gending.

Untuk menjelaskan keagungan Tuhan, maka kita harus menggunakan bahasa yang baik dan benar yaitu dengan menyebut nama-Nya dengan episte yang baik. Wujudnya adalah dengan kita berdoa, berdoa juga merupakan cara untuk mensintesiskan antara pikiran, hati dengan dunia kita. Berpikir berawal dari kesadaran, kesadaran diikuti tentang sadar ke dalam (berfilsafat), sadar ke luar (berkhayal).

Rabu, 04 Mei 2011

SERBA-SERBI DALAM FILSAFAT

Nama : Mutiah Rahmatil Fitri

NIM : 08301244003

Prodi : Pendidikan Matematika Swadana 2008

SERBA – SERBI DALAM FILSAFAT

Berfilsafat adalah berpikir dalam koridor spiritual, etik dan estetika. Dalam berfilsafat, metode yang digunakan yaitu: a) berpikir intensif (dalam sedalam-dalamnya) dan berpikir ekstensif (luas seluas-luasnya); b) menterjemahkan dan diterjemahkan. Berpikir intensif dan ekstensif terwujud dalam berpikir terang yang diekstensikan terang dalam hati, terang dalam ontologi yang sering dikenal dengan istilah hakekat berpikir. Setinggi-tingginya berpikir adalah refleksi diri yaitu dalam mengambil keputusan. Terang dalam hati menggambarkan kedekatan kita dengan Sang Pencipta, yang merupakan inti dari kesadaran vertikal.

Suatu intuisi tumbuh dari kesadaran. Intuisi adalah sebuah pengalaman, dan kemungkinan apa yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan berkaitan dengan intuisi (termasuk logika, justifikasi, dll). Suatu kebenaran dengan logika disebut koherensi, Berpikir terang berdasar pengalaman merupakan korespondensi. Selanjutnya, untuk metode berfilsafat menerjemahkan dan diterjemahkan merupakan bentuk kebebasan kita dalam berpikir. Keduanya berhubungan erat dengan teori dan praktek. Referensi merupakan teorinya, sedangkan prakteknya adalah apa yang kita pikirkan dengan sumber referensi itu.

Filsafat mempunyai tiga pilar penting yaitu: a) Ontologi; b) Epistimologi; c) Aksiologi. Ketiganya merupakan implementasi landasan filsafat murni dalam pendidikan matematika. Penerapan filsafat murni tersebut dilakukan di perguruan tinggi dan tidak dapat diterapkan di sekolah karena sulit bagi peserta didik untuk memahaminya.

Setinggi-tingginya orang berfilsafat adalah sopan-santun terhadap ruang dan waktu. Dimensi-dimensi dalam ruang dan waktu itu akan menentukan setiap fenoumena selalu bersifat tetap ataukah berubah. Fenoumena bersifat tetap jika mengikuti Permenides, dan akan bersifat berubah jika mengikuti Heraclitos. Masih berhubungan dengan para filsuf, Hilbert juga memberikan pengaruh yang besar dalam filsafat matematika. Ia berhasil membangun sistem matematika formal yang modern, yang meliputi struktur-struktur misalnya geometri, aljabar, dll yang kita gunakan sekarang di perguruan tinggi.

Selain itu ada juga konsep incomensurability yang pertama kali diterapkan oleh Pythagoras. Comensurable sendiri berarti mengukur dengan ukuran yang sama atau adil, misalnya: skala bilangan. Dalam segitiga siku-siku, skala sisi-sisi siku-sikunya bilangan bulat, maka sisi miringnya tidak bisa dinyatakan dalam bilangan bulat. Sisi miring itulah yang dinamakan incomensurability.

Selanjutnya, obyek dalam filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Antara yang ada dan yang mungkin ada merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Yang ada meliputi semua yang bisa kita nikmati dan rasakan di dunia ini. Sedangkan yang mungkin ada berada dalam pikiran kita. Bila ada pertanyaan mana yang lebih dulu antara yang ada dan yang mungkin ada, maka menurut pendapat saya yang adalah yang lebih dulu, sebab dengan yang ada maka kita dapat memikirkan yang mungkin ada.

Dalam filsafat terdapat obyek formal dan obyek material. Obyek formal dapat berupa wadah ataupun metode. Sedangkan obyek materialnya isi dari wadah itu. Tetapi wadah juga dapat menjadi isi, maka wadah juga dapat sebagai obyek material. Dalam bidang matematika, obyek formal berupa research dan obyek materialnya yaitu obyek matematika.

Wujud dari berfilsafat salah satunya dengan mengajukan pertanyaan. Dengan pertanyaan, maka pengetahuan kita dalam berfilsafat semakin berkembang. Contoh penerapannya yaitu dengan koment dalam elegi dan pada forum tanya jawab dalam blog. Pada forum tanya jawab yang berkaitan dengan orang paling seksi dalam elegi, menggambarkan orang yang paling menarik perhatian, paling berpengaruh, misalnya di Amerika yaitu Obama. Beliau merupakan orang yang memegang peranan penting di negaranya.

Sedangkan dalam forum tanya jawab yang bertemakan hantu di kelas RSBI mendiskripsikan bahwa setiap tulisan, kata-kata dan tindakan adalah doa. Selanjutnya forum tanya jawab perjalanan filsafat imajiner berisi tentang bayangan, khayalan. Tiadalah kita terbebas dari imajiner, sebab setiap saat, kapanpun dan dimanapun kita selalu membayangkan. Perjalanan imajiner akan berhenti ketika kita sedang tidur dan perjalanan kita itu selama kita tidak tidur.

Sebuah “Surat Terbuka untuk Presiden” menggambarkan betapa banyaknya permaslahan pendidikan yang ada di negara kita. Salah satunya menyangkut pelaksanaan UN. Pada kenyataannya pelaksanaan UN belum berjalan lancar. Masih banyak kendala yang dihadapi pada semua komponen pendidikan. Dari sisi peserta didik, banyak siswa yang merasa takut tidak lulus UN sehingga mereka tidak mempunyai rasa percaya diri dalam mengerjakan soal. Selain itu kesiapan siswa dalam menghadapi UN juga menjadi masalah. Dari sisi tenaga pendidik, guru kurang memotivasi siswa dalam menghadapi UN, sebagian kecil guru melakukan perbuatan yang tidak terpuji agar siswanya lulus UN, dll. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan karakter di negara kita ini. Pendidikan karakter akan menjadikan seseorang teguh dengan pendiriannya. Ia mempunyai karakter yang kuat untuk bekal ke depannya. Karakter ditujukan oleh siapa dan untuk siapa, maka pendidikan karakter harus dimulai dari diri kita sendiri dan generasi muda yang lain dan hasilnya untuk keberlangsungan pendidikan di Indonesia.